Berita Dunia

|

Kunjungan Dalai Lama Tegangkan Hubungan India-china
Kamis, 5 November 2009 11:15 WIB | Mancanegara | Asia/Pasifik |
Kunjungan Dalai Lama Tegangkan Hubungan India-china

New Delhi, (ANTARA News) - Duri kembar dalam hubungan India-China secara bersamaan akan terjadi pada akhir pekan ini pada saat Dalai Lama berkunjung ke wilayah Budha ke pusat perbatasan antara kedua negara besar Asia yang disengketakan itu.

Wilayah itu berada di antara Myanmar, Kerajaan Bhutan dan Tibet, negara bagian berhutan lebat Arunachal Pradeh di dataran tinggi Himalaya, yang diperintah oleh India tetapi diklaim oleh China, sebagaimana dikutip dari AFP.

Beijing memandang kunjungan ke Arunachal oleh para pejabat senior India sebagai tuntutan yang tak perlu atas kedaulatan wilayah tersebut, dan pihaknya memprotes keras kunjungan Perdana Menteri India Manmohan Singh bulan lalu ke wilayah itu.

Kunjungan yang dilakukan Dalai Lama dipandang sebagai provokasi ganda, yang menyinggung kesensitifan China atas keterlibatan pemimpin Tibet di pengasingan yang dianggapnya sebagai "pemecah-belah" dan pencetus kerusuhan separatis di tanah kelahirannya.

Menurut juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Na Zhaoxu, kunjungan tiga hari yang dimulai Ahad itu menunjukkan terus berlangsungnya gerakan anti China dan separatisme oleh kelompok Dalai Lama.

Kehadiran Dalai Lama di India, di mana dua tinggal selama 50 tahun dan membentuk pemerintahannya di pengasingan, secara konstan melukai hubungan kedua negara, yang selama berpuluh tahun berusaha mengatasi saling ketidak-percayaannya.

China dan India terlibat perang singkat namun menumpahkan darah di wilayah Himalaya mereka, termasuk di Arumnachal, pada tahun 1962.

Konflik tersebut menimbulkan sengketa perbatasan dan 13 kali perundingan bilateral telah dilakukan, namun gagal untuk mengatasinya.

India mengembangkan pengaruh ekonomi dan diplomatik melalui perundingan-perundingan dengan negara-negara pesaingnya di kawasan, dan pemerintah bersikap tegas dalam menghadapi meningkatnya protes-protes China berkaitan kunjungan perdana menterinya dan lawatan Dalai Lama ke Arunachal.(*)



COPYRIGHT © 2009



AS: Produksi Plutonium Korut Langgar Resolusi PBB
Rabu, 4 November 2009 06:12 WIB | Mancanegara | Asia/Pasifik |

Washington (ANTARA News/AFP) - Produksi plutonium Korea Utara untuk senjata atom "berlawanan" dengan komitmen perlucutan senjata dan "melanggar" resolusi Dewan Keamanan PBB, kata Deplu AS, Selasa.

Jurubicara Deplu AS Ian Kelly membuat pernyataan itu setelah Korea Utara mengumumkan negara itu telah memproduksi plutonium untuk program senjata nuklirnya, yang menambah tekanan lagi pada Amerika untuk memulai pembicaraan langsung.

"Hal itu tentu saja berlawanan dengan komitmen yang mereka buat pada 2005, dan itu melanggar resolusi Dewan Keamanan PBB," tegas Kelly pada wartawan.

Dalam perjanjian 2005 dengan AS dan empat negara besar lainnya, Korea Utara setuju untuk membatalkan program nuklirnya dan kembali ke Perjanjian Non-Proliferasi sebagai pengganti bagi keamanan dan jaminan diplomatik serta bantuan energi.

Kelly menolak untuk mengecam pengumuman plutonium Selasa itu atau mengatakan apakah ia yakin hal itu akan meningkatkan ketegangan yang membara antara pemerintah Presiden Barack Obama dan rezim Stalinis yang suka berahasia di Pyongyang.

"Apa yang kami pusatkan pada Korea Utara adalah mendapatkan titik tempat kami dapat melancarkan kembali pembicaraan enam pihak, yang akan membawa kita pada tujuan akhir, yakni denuklirisasi Semenanjung Korea," jelasnya.

Pemerintah Obama terbuka pada pembicaraan langsung dengan Korea Utara sepanjang pembicaraan itu akan meratakan jalan bagi kembalinya ke pembicaraan multilateral yang melibatkan AS, Korea Utara, Korea Selatan, China, Jepang dan Rusia.

Utara mundur dari pembicaraan enam pihak April setelah PBB mengecam peluncuran roket jarak jauhnya dan berjanji untuk memulai lagi program nuklir yang negara itu tutup berdasar perjanjian enam pihak 2007.

Pada September, Utara juga mengatakan mereka telah pada tahap akhir dari program pengayaan-sekali uranium percobaan -- tahap kedua untuk membuat senjata atom.

Pada Selasa, kantor berita resmi Korea Utara KCNA mengatakan negara komunis itu "dengan berhasil telah merampungkan pemrosesan kembali 8.000 rod bahan bakar yang dipakai pada akhir Agustus" di kompleks nuklirnya di Yongbyon.

"Keberhasilan nyata telah dibuat dalam mengubah plutonium setingkat-senjata yang disuling untuk tujuan meningkatkan pencegahan nuklir," katanya.

Komentar itu mengindikasikan ketiksabaran yang meningkat atas penangguhan Washington untuk menerima tawaran Pyongyang mengenai pembicaraan bilateral tingkat-tinggi untuk mengakhiri konflik nuklir.

Beberapa pakar percaya ke 8.000 rod bahan bakar reaktor yang dipakai dapat menghasilkan cukup plutonium untuk satu atau dua bom nuklir selain persediaan Korut sekarang yang barangkali dapat digunakan untuk membuat enam hingga delapan senjata.

Kelly menyatakan ia tidak dapat memberi penilaian akan kemampuan produksi plutonium Korea Utara.(*)

COPYRIGHT © 2009


Delegasi Parlemen Irlandia Utara di Libia Bicarakan Rekonsiliasi
Selasa, 3 November 2009 00:49 WIB | Mancanegara | Timur Tengah/Afrika |

Tripoli (ANTARA News/AFP) - Sejumlah politisi dari Irlandia Utara sedang mengadakan pembicaraan di Libia mengenai kemungkinan bantuan bagi proses rekonsiliasi di provinsi itu, seorang pejabat Libia mengatakan dalam satu pernyataan yang dipublikasikan Senin.

Wakil Menlu Abdelati al-Obeidi menjelaskan pada surat kabar Oea bahwa delegasi anggota parlemen itu "datang untuk mengusulkan agar Libia mendukung proyek rekonsiliasi dan membantu pembangunan di Irlandia Utara".

Delegasi itu telah bertemu dengan sejumlah pejabat senior, termasuk Menlu Mussa Kussa, pada Ahad dan Senin, kantor berita pemerintah JANA melaporkan tanpa merujuk ke masalah kompensasi.

Beberapa anggota delegasi mengatakan Sabtu bahwa pembicaraan mereka juga akan berpusat pada kompensasi bagi korban serangan Tentara Republik Irlandia (IRA) dalam tiga dasawarsa kekerasan di Irlandia Utara.

Pada Sabtu, anggota parlemen dari Partai Unionis Demokratis Jeffrey Donaldson, yang termasuk di antara enam anggota delegasi itu, mengatakan bahwa ketika pembicaraan telah diadakan mengenai masalah tersebut, itu akan menjadi pertemuan langsung pertama dengan para menteri di Tripoli.

Ia mengatakan pada BBC sebelum terbang ke Libia untuk kunjungan tiga hari bahwa keluarga sejumlah korban IRA telah minta kompenasi secara perorangan atas kerugian mereka, tapi kunjungan itu juga memiliki tujuan yang lebih besar.

"Apa yang kami coba capai adalah pembentukan dana perdamaian dan rekonsiliasi yang akan membantu mendorong perdamaian di Irlandia Utara dan menggerakkan kita melewati peninggalan konflik ... dan kami percaya Libia dapat meyumbang ke arah pembentukan dana seperti itu.

"Kami akan mengajukan masalahnya secara langsung pada pemerintah Libia," ujarnya.

Para pengacara korban menyatakan dalam pernyataan belum lama ini bahwa fakta kunjungan itu akan berlangsung merupakan tanda kemajuan yang disambut baik dalam upaya untuk mendapat ganti rugi.

"Korban menganggap ini sebagai langkah maju penting, dan juga pengakuan oleh kedua negara bahwa keadaan menyedihkan mereka tidak akan dilupakan ketika hubungan Anglo-Libia berkembang," katanya.

"Mereka sungguh-sungguh mengharapkan bahwa, menyusul kunjungan tim parlemen itu, Libia akan meninjau kembali sikapnya terhadap mereka dan mengapresiasi bahwa mrreka ingin mengunjungi Libia dengan semangat perdamaian dan rekonsiliasi."

Hubungan antara IRA dan Kadhafi diperkirakan akan merentang kembali hingga 1972, dan bahan peledak Semtex buatan-Ceko yang diketahui dipasok oleh Libia adalah salah satu senjata IRA paling mematikan.

IRA, yang meninggalkan kekerasan pada 2005, ingin Irlandia Utara menjadi bagian dari Republik Irlandia, dan merupakan kelompok militan penting Katolik dalam konflik yang menewaskan lebih dari 3.000 orang itu.(*)

COPYRIGHT © 2009

Pembicaraan Nuklir Rusia-AS Akan Dimulai Lagi Pekan Depan
Selasa, 3 November 2009 05:08 WIB | Mancanegara | Eropa |

Moskow (ANTARA News/AFP) - Pembicaraan mengenai penggantian perjanjian pelucutan senjata nuklir Rusia-AS, yang akan berakhir dalam sebulan lebih sedikit, akan dimulai pada 9 November, Kementerian Luar Negeri Rusia mengumumkan, Senin.

Kementerian itu mengatakan dalam satu pernyataan bahwa "pekerjaan hebat" telah dilakukan dalam putaran terakhir pembicaraan mengenai Perjanjian Pengurangan Senjata Strategis (START), yang diadakan pada 19-20 Oktober di Jenewa.

Kedua belah pihak "telah sepakat untuk meneruskan pembicaraan itu pada 9 November," pernyataan tersebut menambahkan.

Para perunding Rusia dan AS telah membicarakan ketentuan-ketentuan perjanjian baru untuk menggantikan START, perjanjian penting 1991 yang telah menghasilkan pengurangan mendalam dalam arsenal nuklir kedua negara, sebelum perjanjian itu habis masa berlakunya pada 5 Desember.

Pekan lalu penasehat penting kebijakan luar negeri Kremlin, Sergei Prikhdko, memberitahukan "kemajuan serius" telah dibuat dalam pembicaraan dalam beberapa pekan belakangan ini.

SYART telah dianggap sebagai dasar dari pengawasan senjata strategis era-Perang Dingin dan pemerintah Presiden AS Barack Obama telah berjanji untuk bekerja dengan Moskow untuk mengganti perjanjian itu di tengah upaya lebih luas untuk "mengatur kembali" hubungan AS-Rusia yang tegang.(*)

COPYRIGHT © 2009

Pesawat Kargo Rusia Jatuh

Pesawat Kargo Rusia Jatuh 11 Orang Tewas
Minggu, 1 November 2009 16:59 WIB
Moskow (ANTARA News/Reuters) - Sebuah pesawat kargo jatuh segera setelah lepas landas dari kota Mirny, Rusia timur di wilayah Yakutia, menewaskan 11 orang di pesawat itu, kata pihak kejaksaan Rusia, Minggu.

Pesawat IL-76 milik kementerian dalam negeri, jatuh sekitar satu kilometer dari Mirny tidak lama setelah tinggal landas menuju Irkutsk, kata komisi penyelidikan kantor Kejaksaan Agung dalam sebuah pernyataan.

Rusia adalah salah satu dari negara-negara yang memiliki catatan keselamatan penerbangan terburuk dunia, dengan pesawat era Soviet yang usang, fasilitas bandara-bandara yang ketinggalan zaman, pemeliharaan pesawat yang buruk dan standar yang longgar yang membuat bertambah tingginya jumlah kecelakaan.

Tahun lalu semua 88 penumpang dan awak sebuah pesawat Boeing milik Aeroflot tewas ketika pesawat itu jatuh akibat terbakar dekat pegunungan Ural. Pada tahun 2006, 170 orang tewas ketika pesawat TU-154 jatuh di Ukraina dalam perjalanan menuju St Petersburg.

Seorang pejabat pers kementerian dalam negeri mengemukakan kepada jaringan televisi Rusia Vesti pesawat itu oleng ke kanan segera setelah tinggal landas.

"Pesawat itu terbang tidak sampai dua kilometer dengan ketinggian 20-30 meter sebelum jatuh dekat sebuah tambang tua," katanya.

0 komentar: